Chip Komputer Kuantum Google Jadi Ancaman Baru untuk Bitcoin, Benarkah?
Sundar Pichai, CEO Google, baru-baru ini mengenalkan chip komputer kuantum terbaru bernama Willow yang diklaim mampu menyelesaikan masalah komputasi kompleks hanya dalam waktu lima menit. Pengumuman ini memicu diskusi di kalangan investor Bitcoin dan menghidupkan kembali skeptisisme terkait masa depan keamanan aset kripto di tengah kemajuan teknologi saat ini.
Dalam diskusi X Spaces pada 12 Desember 2024, Ben Sigman dan Fred Krueger, penulis buku The Big Bitcoin Book, membahas bagaimana komputer kuantum dapat mengancam keamanan algoritma seperti Elliptic Curve Cryptography (ECC) dan SHA-256, yang menjadi fondasi keamanan Bitcoin. Beberapa anggota komunitas bahkan memprediksi bahwa komputer kuantum dengan kemampuan jutaan qubit dapat terwujud sebelum 2030.
Hal ini turut memicu perdebatan terkait potensi komputer kuantum untuk membobol sistem kriptografi Bitcoin, bahkan wallet yang selama ini telah melindungi 1 juta Bitcoin milik pencipta Bitcoin, Satoshi Nakamoto.
Baca juga: Bitcoin Aman, Meski Komputer Kuantum Terus Meningkat
Apa Itu Komputasi Kuantum?
Perlu diketahui, komputer kuantum sendiri merupakan lompatan besar dalam teknologi komputasi. Dengan menggunakan qubit, komputer kuantum mampu memproses data dalam berbagai keadaan secara simultan melalui fenomena superposisi. Berbeda dengan komputer klasik yang bekerja secara linear, komputer kuantum menawarkan kecepatan luar biasa dalam menyelesaikan masalah rumit dengan memanfaatkan algoritma kuantum Shor dan Grover .
Selain itu, komputer kuantum menggunakan prinsip entanglement, di mana satu qubit dapat memengaruhi qubit lainnya secara langsung. Kemampuan canggih ini membuat komputer kuantum menjadi ancaman potensial bagi kripto khususnya Bitcoin, yang mengandalkan algoritma kriptografi untuk memastikan keamanan transaksi dan integritas jaringan.
Kriptografi Bitcoin dan Ancaman dari Komputasi Kuantum
Bitcoin bergantung pada dua jenis enkripsi, yakni Elliptic Curve Digital Signature Algorithm (ECDSA) dengan secp256k1 dan algoritma hash yang aman yakni SHA-256. ECDSA berfungsi sebagai algoritma tanda tangan digital yang digunakan dalam Bitcoin untuk mengamankan private key dan mengautentikasi transaksi.
Sementara itu, keamanan Bitcoin didasarkan pada SHA-256, sebuah algoritma kriptografi yang melindungi proses proof-of-work, blockchain, dan wallet digitalnya. Algoritma ini membuat Bitcoin sangat tahan terhadap serangan, seperti upaya mengubah riwayat transaksi atau membobol private key.
Untuk membobol private key Bitcoin melalui metode brute force, dibutuhkan 2^256 operasi komputasi, sebuah angka yang sangat besar sehingga hampir mustahil dicapai.
Secara teori, komputer kuantum dapat menggunakan algoritma Grover untuk memangkas kebutuhan operasi menjadi 2^128. Meskipun ini terdengar mengkhawatirkan, kenyataannya ini membutuhkan komputer kuantum dengan jutaan qubit stabil dan bebas error, yang masih jauh dari jangkauan teknologi saat ini.
Sebagai informasi, chip Willow milik Google hanya memiliki 105 qubit, sementara menurut riset University of Sussex , diperlukan 13 juta hingga 317 juta qubit untuk menaklukkan SHA-256 dalam waktu yang masuk akal.
Melihat hal ini, Sigman sendiri menyimpulkan bahwa algoritma kriptografi untuk saat ini akan tetap aman.
Baca juga: Chip Komputer Kuantum IBM, Ancam Kripto?
Adaptasi Bitcoin terhadap Teknologi Kuantum
Kabar baiknya, pengembang Bitcoin juga telah lama lama mengantisipasi ancaman komputasi kuantum. Bahkan, Satoshi Nakamoto pernah menyinggung risiko ini pada 2010 silam.
Berbagai langkah mitigasi telah diterapkan, seperti penggunaan alamat wallet sekali pakai dan pengungkapan private key hanya setelah transaksi dimulai. Langkah ini secara signifikan mengurangi peluang serangan berbasis kuantum.
Lebih jauh, algoritma kriptografi lainnya seperti RSA dan ECC, yang digunakan dalam sistem perbankan dan militer, diperkirakan akan runtuh terlebih dahulu sebelum SHA-256. Dengan demikian, Bitcoin tetap berada dalam posisi lebih aman dibandingkan teknologi tradisional.
Selain itu, biaya energi dan ekonomi untuk operasi komputer kuantum berskala besar membuat penerapannya untuk tujuan ‘jahat’ tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat. Pemerintah dan perusahaan besar, yang kemungkinan menjadi pengadopsi awal untuk teknologi ini, memiliki insentif kuat untuk menjaga stabilitas pasar daripada merusaknya.
Adapun jika ancaman komputasi kuantum menjadi kenyataan lebih cepat dari yang diperkirakan, protokol Bitcoin memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi. Algoritma tahan kuantum, seperti skema one-time signature Lamport atau jenis alamat baru, sudah banyak dibahas dan dapat diterapkan untuk melindungi jaringan Bitcoin di masa depan.
Meski kemunculan chip Willow dan kemajuan komputer kuantum menjadi sorotan, hal ini lebih mencerminkan bias skeptis terhadap Bitcoin daripada ancaman nyata. Dengan perlindungan kriptografi yang ada saat ini dan kemampuan untuk beradaptasi, Bitcoin tetap menunjukkan daya tahannya sebagai teknologi yang hadir untuk menghadapi tantangan di era digital.
Baca juga: 3 Negara Ini Percepat Program Quantum Computing Usai Terobosan dari China
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Solana Melonjak saat TON Menstabilkan Diri: Tingkat Perdagangan Kritis untuk Januari
Kelompok industri menggugat untuk menghentikan IRS mengumpulkan info pengguna dari antarmuka depan DeFi
Tinjauan Cepat Asosiasi Blockchain dan dua kelompok lainnya menggugat IRS untuk menantang aturan yang baru saja diselesaikan yang akan mengharuskan front-end DeFi melaporkan data pengguna, termasuk informasi pribadi dan detail setiap perdagangan, kepada lembaga tersebut mulai tahun 2027. Persyaratan ini akan "mendorong seluruh teknologi yang sedang berkembang ini ke luar negeri," kata pengacara utama kelompok advokasi tersebut. IRS berargumen dalam aturan akhirnya bahwa melacak transaksi DeFi akan "menguntungkan kepatuhan pajak dengan membantu menutup kesenjangan informasi dengan re
OpenAI Mengungkap Rencana Penerapan Model Korporasi Bermanfaat bagi Publik, Memajukan Pengembangan AGI yang Aman
Singkatnya OpenAI mengumumkan bahwa Dewan Direksi sedang mengevaluasi struktur perusahaannya agar lebih selaras dengan misinya untuk memastikan kecerdasan umum buatan bermanfaat bagi seluruh umat manusia.