Hong Kong Bakal Gunakan Bitcoin sebagai Cadangan Nasional?
Hong Kong tengah mempertimbangkan langkah strategis yang menarik perhatian dunia finansial global, yaitu memasukkan Bitcoin ke dalam cadangan nasionalnya.
Hal ini disampaikan oleh Wu Jiezhuang, seorang anggota legislatif Hong Kong sekaligus Ketua Subkomite Web3 untuk Virtual Asset Development.
Dalam wawancaranya dengan media lokal Wen Wei Po, Wu menyatakan bahwa Bitcoin dapat menjadi aset strategis untuk memperkuat keamanan finansial wilayah tersebut.
“Jika kekuatan ekonomi utama mengambil inisiatif untuk memasukkan aset digital dalam cadangan strategis, nilai Bitcoin akan menjadi lebih stabil. Hal ini dapat mendorong lebih banyak negara mengikuti langkah tersebut dan meminimalkan ketergantungan pada aset tradisional,” ungkap Wu, Senin (30/12/2024).
Langkah Penting Hong Kong
Langkah Hong Kong ini mengundang perhatian internasional karena dapat menjadi preseden bagi wilayah lain. Contohnya, El Salvador dan Bhutan yang telah lebih dulu menggunakan Bitcoin sebagai bagian dari cadangan nasional mereka.
Hong Kong Luncurkan Rancangan Regulasi Stablecoin
Wu juga menekankan bahwa model “one country, two systems” yang diterapkan Hong Kong dapat memberikan fleksibilitas yang lebih baik untuk dapat mengadopsi aset digital, terlepas dari kebijakan yang lebih ketat di Tiongkok.
Sementara itu, negara-negara lain juga terlihat menunjukkan beragam pendekatan terhadap aset digital tersebut sebagai cadangan nasional.
Contohnya di Jepang, Senator Hamada Satoshi dari Partai NHK sebelumnya mengusulkan agar pemerintah Jepang mempertimbangkan langkah serupa dengan Amerika Serikat.
“Saya percaya bahwa Jepang seharusnya mengikuti contoh Amerika Serikat dan negara-negara lain dengan mempertimbangkan untuk mengonversi sebagian cadangan devisanya menjadi mata uang kripto seperti Bitcoin,” jelas Satoshi, Rabu (11/12/2024).
Namun, menurut laporan yang dikutip dari Coinpost , pemerintah Jepang saat ini menyatakan bahwa diskusi mengenai aset digital masih berada pada tahap awal, dan Bitcoin saat ini tidak memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam cadangan devisa karena volatilitasnya yang tinggi.
“Berdasarkan kerangka hukum mengenai pengelolaan akun khusus, “aset kripto tidak termasuk dalam kategori valuta asing, dll.” dan bahwa cadangan devisa saat ini dimaksudkan untuk menstabilkan aset yang didenominasi dalam mata uang asing dan pasar obligasi mata uang asing,” sebagaimana tercantum pada laporan tersebut, Kamis (26/12/2024).
Sikap Berbeda dari Amerika Serikat
Sementara Hong Kong dan beberapa wilayah lainnya mulai mengakui potensi Bitcoin sebagai aset strategis, Amerika Serikat tampaknya tetap bersikap konservatif. Bahkan setelah adanya proposal dari Donald Trump untuk membentuk Cadangan Strategis Bitcoin di AS.
Menurut laporan sebelumnya, Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa bank sentral AS saat ini tidak memiliki kewenangan hukum untuk dapat memegang atau menggunakan aset digital tersebut sebagai cadangan nasional.
“Kami tidak memiliki kewenangan hukum untuk memegang Bitcoin atau kripto lainnya, dan kami juga tidak berencana untuk mencari perubahan undang-undang untuk memungkinkan itu,” ujar Powell.
Jerome Powell: The Fed Tidak Dapat Pegang Bitcoin, Tidak Berencana Mengubah Aturan
Namun, Senator Cynthia Lummis dari AS telah mengajukan RUU yang memungkinkan The Fed untuk dapat menyimpan hingga 1 juta BTC sebagai cadangan nasional AS .
Jika disetujui, langkah ini akan menjadi perubahan yang berdampak sangat besar dalam lanskap kebijakan kripto di Amerika Serikat dan global.
Adopsi Masif Bitcoin
Hong Kong memiliki peluang besar untuk menjadi pelopor dalam adopsi cadangan Bitcoin , terutama karena wilayah ini sudah memiliki infrastruktur keuangan yang ramah terhadap aset digital. Namun, langkah ini juga memiliki tantangan. Volatilitas harga aset digital tersebut dapat mempengaruhi stabilitas cadangan nasional.
Oleh karena itu, Wu menyarankan pendekatan bertahap dengan menerapkan prinsip “same business, same risk, same rules” dalam pengelolaan aset kripto . Jika Hong Kong benar-benar memutuskan untuk mengintegrasikan Bitcoin ke dalam cadangan nasionalnya, ini akan menjadi tonggak sejarah penting dalam pengembangan keuangan digital global.
Langkah ini juga dapat mendorong lebih banyak negara lain untuk mengevaluasi kembali strategi cadangan mereka dan mungkin dapat mempertimbangkan aset digital sebagai salah satu alternatif. [dp]
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Bitdeer Uji Chip Penambangan Bitcoin SEAL03, Menunjukkan Efisiensi Daya 9.7 J/TH
Singkatnya Bitdeer menyelesaikan pengujian chip penambangan Bitcoin SEAL03, yang mengonfirmasi efisiensi daya 9.7J/TH dalam mode hemat daya ultra.

Balancer V3 memperluas ke Avalanche setelah pemungutan suara tata kelola
Ringkasan Singkat Balancer V3 yang baru diluncurkan sedang memperluas jangkauannya ke Avalanche, penerapan blockchain terbarunya. Proposal tata kelola ini mendapat dukungan 100% meskipun partisipasinya terbatas.

Paus kripto menghadapi likuidasi segera di Maker setelah mengirim ETH dan DAI untuk mendukung pinjaman $75 juta
Ringkasan Cepat Seorang paus kripto nyaris menghindari likuidasi yang menyakitkan di Maker pada hari Senin setelah harga ETH mendekati harga likuidasinya. Dua kali dalam dua jendela likuidasi, dia nyaris menghindari likuidasi dengan mengirimkan 2.000 ETH dan kemudian $1,5 juta dalam DAI untuk memberinya ruang bernapas tambahan.

CEO 1Money Brian Shroder tentang membangun L1 untuk stablecoin tanpa token asli — dan biaya gas tetap
Dalam wawancara dengan The Block, CEO 1Money Brian Shroder membahas rencana startup-nya untuk menciptakan jaringan tercepat dan paling patuh yang dibangun khusus untuk stablecoin. Jaringan ini, yang tidak akan memiliki token asli atau kontrak pintar, dibangun khusus untuk memungkinkan transaksi stablecoin yang cepat dan skalabel bagi bisnis.

Berita trending
LainnyaHarga kripto
Lainnya








